Saling Menunding Trump Melawan Presiden Kolombia. Pagi Rabu, 23 Oktober 2025, ketegangan antara mantan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Kolombia Gustavo Petro mencapai puncak baru dengan saling tuding yang memanas. Petro, kiri radikal yang memimpin Kolombia sejak 2022, tuduh Trump lakukan “eksekusi eksekutif” setelah serangkaian serangan drone AS terhadap perahu diduga narkoba di Karibia yang katanya bunuh nelayan Kolombia tak bersalah. Trump balas dengan panggil Petro “pemimpin narkoba ilegal” yang dorong invasi perbatasan AS, ancam potong bantuan kontra-narkoba senilai 200 juta dolar AS dan pasang tarif baru pada ekspor minyak serta batubara Kolombia. Insiden ini meledak setelah pertemuan jeda sementara antara Petro dan Duta Besar AS pada 21 Oktober, tapi tuduhan Trump di Truth Social malam itu langsung picu gelombang kritik global. Di tengah krisis narkoba yang jerat kedua negara, saling tuding ini bukan sekadar kata-kata; ia bisa picu eskalasi diplomatik dan ekonomi, terutama saat Trump siap kampanye 2028. INFO CASINO
Kronologi Tuduhan yang Memanas: Saling Menunding Trump Melawan Presiden Kolombia
Konflik ini bermula dari serangan AS pada 15 Oktober di Teluk Uraba, di mana sembilan drone hantam perahu diduga milik kartel Kolombia, katanya bunuh tiga nelayan sipil. Petro langsung tuduh Trump—yang pengaruhnya masih kuat di militer AS meski bukan presiden—laksanakan “eksekusi eksekutif” tanpa koordinasi, sebut itu pelanggaran kedaulatan. “Ini pembunuhan di perairan kami; Trump inginkan perang dengan Kolombia,” katanya di konferensi pers Bogotá pada 18 Oktober. Tuduhan itu didukung bukti satelit dari pemerintah Kolombia yang tunjukkan perahu tak bersenjata. Trump, dari Mar-a-Lago, balas via postingan 19 Oktober: “Petro pemimpin gila yang lindungi kartel seperti Maduro; ia dorong ribuan migran kriminal ke AS.” Ini lanjutan dari tuduhan Trump sejak 2024, saat ia sebut Petro “sosialis gagal” yang biarkan kokain banjiri perbatasan. Kronologi memuncak 21 Oktober: Petro desak tentara AS “tidak patuh perintah Trump”, picu AS cabut visa diplomatiknya. Pertemuan Petro dengan Duta Besar AS Kevin Sullivan beri jeda, tapi Trump eskalasi 22 Oktober dengan ancam potong bantuan.
Respons dan Ancaman Balik dari Kedua Pihak: Saling Menunding Trump Melawan Presiden Kolombia
Petro tak tinggal diam: ia abaikan ancaman tarif Trump, sebut “ia takkan sentuh minyak dan batubara kami yang 60 persen ekspor ke AS.” Petro juga tuntut ganti rugi 50 juta dolar atas “pembunuhan nelayan” dan ancam boikot produk AS seperti kedelai. Mantan Menteri Pertahanan Kolombia Juan Carlos Pinzón dukung, tuduh Petro “memberdayakan kartel” dan selaras dengan Venezuela. Trump, didukung JD Vance, balas dengan rencana potong bantuan kontra-narkoba—program yang beri 200 juta dolar AS tahun lalu—dan tarif 25 persen pada impor Kolombia senilai 15 miliar dolar AS. “Kolombia harus bayar harga atas pemimpinnya yang gila,” tulis Trump di Truth Social, picu saham minyak Kolombia turun 3 persen pagi ini. Respons internal AS campur: Demokrat seperti Kamala Harris kritik Trump “provokasi berbahaya”, sementara Republik seperti Rubio dukung “tekanan keras”. Di Kolombia, oposisi sebut Petro “main api” dengan AS, tapi dukungan publiknya naik 5 poin ke 45 persen, berkat narasi “anti-imperialisme”.
Dampak Ekonomi dan Diplomatik yang Luas
Saling tuding ini beri dampak langsung: ekspor minyak Kolombia ke AS, 40 persen produksi, hadapi risiko tarif yang bisa tambah biaya 1 miliar dolar AS tahunan. Bantuan narkoba AS, krusial untuk operasi anti-kartel, potong bisa lemahkan upaya Petro lawan Clan del Golfo. Diplomatiknya lebih rumit: Kolombia, mitra utama AS di Amerika Latin, hadapi isolasi jika Trump menang 2028—Vance sebut Kolombia “ancaman keamanan”. Uni Eropa, mitra dagang Kolombia, khawatir eskalasi hambat kesepakatan bebas perdagangan. Di AS, tuduhan Trump picu debat imigrasi, dengan polling tunjukkan 55 persen pemilih Republik dukung tekanan ke Kolombia. Bagi Petro, ini peluang konsolidasi basis kiri, tapi risiko: ekonomi Kolombia, yang tumbuh 2,5 persen tahun ini, rentan fluktuasi minyak. Mantan duta besar AS untuk Kolombia bilang, “Ini bisa jadi krisis terburuk sejak 2016.” Implikasi regional: Venezuela dan Kuba dukung Petro, sementara Brasil Lula desak dialog.
Kesimpulan
Saling tuding antara Trump dan Gustavo Petro soal serangan drone dan bantuan narkoba jadi eskalasi diplomatik yang tekan hubungan AS-Kolombia, di mana ancaman tarif dan potong bantuan ancam ekonomi kedua negara. Dari kronologi insiden hingga dampak luas, ini soroti ketegangan lama: imigrasi, narkoba, dan kedaulatan. Petro untung dari narasi anti-AS, Trump dari basis anti-migrasi—tapi korban utama: rakyat Kolombia dan keamanan regional. Dialog darurat via OAS bisa redakan, tapi tanpa kompromi, konflik ini bisa merembet. Di akhirnya, tuduhan saling ini ingatkan: di Amerika Latin, kata-kata pemimpin bisa picu perang ekonomi, dan perdamaian butuh lebih dari ancaman—ia butuh aksi nyata.