Puluhan Pasangan Menikah Massal di Gaza Usai Perang Berakhir. Pada 2 Desember 2025, puluhan pasangan Palestina di Gaza merayakan pernikahan massal di tengah puing-puing perang, menandai momen harapan setelah dua tahun konflik dahsyat yang merenggut lebih dari 70.000 nyawa. Acara di Hamad City, Khan Younis, selatan Gaza, melibatkan 54 pasangan yang tak sempat menikah selama bombardir Israel. Ribuan warga berkumpul, melambai bendera Palestina sambil menari di bawah langit cerah, meski ceasefire rapuh masih diwarnai 356 kematian sejak gencatan senjata tujuh minggu lalu. Pernikahan ini, diselenggarakan oleh yayasan Al-Fares Al-Shahm, bukan sekadar pesta—ia simbol ketangguhan, di mana pasangan berpakaian tradisional berjalan di atas karpet merah di antara bangunan hancur. Di usia perang yang usai, Gaza mulai bangun kembali ikatan keluarga, meski luka fisik dan emosional masih menganga. INFO CASINO
Simbol Ketangguhan: Pernikahan di Tengah Puing: Puluhan Pasangan Menikah Massal di Gaza Usai Perang Berakhir
Acara ini jadi panggung bagi 54 pasangan yang tunda pernikahan karena perang. Eman Hassan Lawwa, 27 tahun, dan tunangannya Hikmat Lawwa berjalan bergandengan, Eman dalam busana cetak Palestina tradisional, Hikmat dalam setelan jas sederhana. Mereka, seperti yang lain, selamat dari pengungsian berulang ke Deir al-Balah, di mana perabot rumah tangga hancur dan mimpi pernikahan tertunda. “Meski ada air mata dan tirani, kami rayakan hari ini,” kata Omar Shams, 29 tahun, yang akhirnya menikah setelah perang rampas furniturnya.
Ribuan penonton bertepuk tangan saat pasangan naik panggung, diiringi musik dan sorak-sorai. Bendera Palestina berkibar, dan tarian tradisional dabke menggema di Hamad City yang rusak parah. Ini beda dari pesta mewah pra-perang—tak ada pesta bertahun-tahun, cuma karpet merah dan bunga sederhana. Tapi justru di situlah kekuatannya: pernikahan massal ini afirmasi hidup, di mana setiap ikatan baru janji generasi Palestina bertahan.
Dukungan Komunitas: Bantuan dari Luar dan Lokal: Puluhan Pasangan Menikah Massal di Gaza Usai Perang Berakhir
Pernikahan ini tak lahir dari ketiadaan. Donasi dari Uni Emirat Arab biayai busana, makanan, dan logistik, sementara yayasan lokal Al-Fares Al-Shahm atur acara. Nae Mousa, pengantin pria lain, sebut ini “momen penting bagi keluarga dan Gaza secara keseluruhan.” Ribuan warga hadir, bawa makanan rumahan dan cerita selamat, ciptakan solidaritas yang langka di tengah kekurangan.
Ceasefire memungkinkan acara seperti ini, mirip upacara kelulusan sekolah yang baru dimulai. Tapi bayang perang masih ada: 900 luka sejak gencatan senjata, mayoritas sipil wanita dan anak. Pasangan ini, yang banyak tunggu bertahun-tahun, lihat pernikahan sebagai langkah maju—bukan pelarian, tapi komitmen bangun masa depan di tanah yang hancur.
Makna Budaya: Warisan Keluarga di Tengah Duka
Pernikahan Palestina bukan sekadar ritual; ia pondasi sosial dan ekonomi. Randa Serhan, sosiolog Barnard College, sebut acara seperti ini “tindakan pemberontakan,” di mana setiap pernikahan lahirkan anak yang lestarikan ingatan dan garis keturunan. Di Gaza pra-perang, pesta elok bertahan berhari-hari, simbol ikatan keluarga yang kuat. Kini, versi sederhana ini tetap pegang esensi: harapan baru di tengah duka.
Bagi pasangan seperti Lawwa, ini janji akhir perang. “Semoga ini akhir konflik,” kata Eman, sambil peluk pasangannya. Acara ini ingatkan bahwa Palestina bukan cuma korban—ia pembangun, yang rayakan kehidupan meski puing menumpuk. Di Khan Younis, di mana 2 juta warga 90 persennya pengungsi, momen ini jadi obor kecil di kegelapan.
Kesimpulan
Pernikahan massal 54 pasangan di Gaza usai perang jadi cerita ketangguhan yang menyentuh, simbol harapan di tengah puing dan ceasefire rapuh. Dari dukungan komunitas hingga makna budaya mendalam, acara ini bukti Gaza tak patah semangat—ia bangkit lewat ikatan baru. Hingga akhir 2025, dengan bantuan mengalir dan upacara serupa direncanakan, Palestina tunjukkan bahwa cinta dan tradisi lebih kuat dari bombardir. Ini bukan akhir bahagia sempurna, tapi awal—di mana setiap cincin kawin janji masa depan lebih cerah. Gaza rayakan, dunia saksikan.