as-australia-sepakat-investasi-mineral-langka

AS-Australia Sepakat Investasi Mineral Langka. Pada 20 Oktober 2025, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menandatangani kesepakatan bersejarah di Gedung Putih untuk investasi bersama senilai 8,5 miliar dolar AS di sektor mineral kritis. Ini jadi langkah strategis kedua negara untuk kurangi ketergantungan global pada China, yang kuasai 80-90 persen pasokan rare earths dan mineral langka lainnya. Kesepakatan ini, yang disebut Critical Minerals Framework Agreement, janjikan investasi awal masing-masing 1 miliar dolar dalam enam bulan ke depan, targetkan deposit senilai 53 miliar dolar di Australia. Di tengah ketegangan perdagangan AS-China yang memuncak, deal ini bukan cuma soal ekonomi, tapi juga keamanan nasional—mineral seperti lithium, kobalt, dan neodymium esensial untuk baterai EV, chip, dan pertahanan. Dengan saham miner Australia sempat rally 10 persen pasca-pengumuman, sorotan kini tertuju: bisakah ini bentuk ulang rantai pasok global? REVIEW FILM

Kesepakatan Baru AS-Australia: Langkah Strategis Pasca-AUKUS: AS-Australia Sepakat Investasi Mineral Langka

Kesepakatan ini lahir dari kerjasama AUKUS sejak 2021, tapi fokusnya kini bergeser ke mineral daripada kapal selam. Trump, dalam konferensi pers bersama Albanese, sebut ini “kemenangan besar untuk pekerja Amerika dan Australia”, dengan target produksi bersama 20 persen kebutuhan dunia pada 2030. Australia, pemegang cadangan rare earths terbesar kedua setelah China, akan buka 10 proyek mining baru di Western Australia dan Queensland, sementara AS alokasikan dana melalui DFC (Development Finance Corporation) untuk processing di Nevada dan Texas.

Detail kesepakatan: Investasi 3 miliar dolar awal untuk eksplorasi dan infrastruktur, dengan jaminan pembelian jangka panjang dari perusahaan AS seperti Tesla dan Intel. Ini respons langsung terhadap embargo ekspor China 2024, yang picu krisis pasok lithium naik 30 persen harga global. Albanese bilang, “Ini bukan cuma bisnis; ini soal kedaulatan kita di era hijau.” Fakta: Australia ekspor 50 ribu ton rare earths tahun lalu, tapi 90 persen diproses di China—deal ini janjikan pabrik lokal capai 100 ribu ton pada 2028. Langkah ini tak lepas dari tekanan Trump untuk “onshoring” rantai pasok, yang sudah selamatkan 5 ribu pekerjaan di sektor mining AS sejak 2024.

Fokus pada Mineral Kritis: Dari Lithium hingga Neodymium: AS-Australia Sepakat Investasi Mineral Langka

Mineral kritis jadi jantung kesepakatan ini—lithium untuk baterai, kobalt untuk katoda, dan neodymium untuk magnet turbin angin. Australia pegang 52 persen cadangan lithium dunia, sementara AS impor 80 persen kebutuhan dari China. Deal ini targetkan joint venture untuk tambang Greenbushes (lithium terbesar dunia) dan Mt Weld (rare earths), dengan investasi 2 miliar dolar untuk pabrik pemrosesan di Pilbara. Ini akan ciptakan 10 ribu pekerjaan di kedua negara, dorong transisi energi hijau tanpa ketergantungan Beijing.

Geopolitiknya tajam: China kuasai 90 persen pemrosesan rare earths, bikin Barat rentan di sektor EV dan militer—magnet neodymium esensial untuk rudal dan drone. Kesepakatan ini langgar embargo dengan pasok alternatif, proyeksi hemat 15 miliar dolar impor AS per tahun. Albanese tekankan keberlanjutan: Proyek wajib ikuti standar ESG (environmental, social, governance), termasuk nol emisi di tambang baru. Fakta: Produksi lithium Australia naik 25 persen tahun lalu, dan deal ini bisa tambah 40 persen lagi, dukung target net-zero 2050.

Dampak Ekonomi dan Geopolitik Global

Ekonomi langsung terasa: Saham Lynas Rare Earths dan Pilbara Minerals rally 8-12 persen pasca-pengumuman, tapi stabil di 5 persen setelahnya—sinyal investor yakin tapi hati-hati. Di AS, deal ini dukung Inflation Reduction Act 2022 dengan subsidi 7,5 miliar dolar untuk pabrik baterai, ciptakan 20 ribu pekerjaan di Rust Belt. Australia untung besar: Ekspor mineral capai 200 miliar dolar tahun lalu, dan kesepakatan ini tambah 50 miliar dolar ekspor ke AS saja.

Geopolitiknya lebih dalam: Ini pukul China di rantai pasok, yang sudah balas dengan tarif 10 persen pada impor Australia. AS-Australia perkuat aliansi Quad (dengan Jepang dan India) untuk diversifikasi, kurangi dominasi Beijing 20 persen pada 2030. Tapi risiko ada: Fluktuasi harga lithium (turun 30 persen 2024) bisa hambat proyek. Dampaknya luas: Eropa, yang impor 70 persen mineral dari China, kini negosiasi serupa dengan Australia, bentuk aliansi baru anti-monopoli. Deal ini tak cuma investasi; ia perang dingin ekonomi untuk masa depan tech.

Kesimpulan

Kesepakatan investasi mineral kritis AS-Australia senilai 8,5 miliar dolar pada 20 Oktober 2025 adalah langkah berani untuk bentuk ulang rantai pasok global. Dari fokus lithium dan rare earths yang strategis, hingga dampak ekonomi yang ciptakan ribuan pekerjaan, ini bukti aliansi Barat siap saingi dominasi China. Trump dan Albanese tak cuma tandatangan kertas; mereka ubah peta energi hijau. Di tengah fluktuasi harga dan tarif balasan, kesepakatan ini janji kemandirian—tapi butuh eksekusi cepat. Bagi dunia, ini pelajaran: Mineral langka bukan komoditas; ia kunci masa depan. Saat proyek dimulai, AS dan Australia tunggu hasil—dan China pasti perhatikan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *