china-jepang-sedang-ribut-terkait-pulau-sengketa

China-Jepang Sedang Ribut Terkait Pulau Sengketa. Tegang lagi antara China dan Jepang di Laut China Timur, kali ini soal pulau-pulau tak berpenghuni yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China. Pada 2 Desember 2025, kedua negara saling tuding soal konfrontasi maritim di sekitar wilayah itu, di mana kapal penjaga pantai China usir kapal nelayan Jepang yang katanya masuk ilegal. Insiden ini bagian dari eskalasi yang sudah panas sejak November, dipicu komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi soal respons militer terhadap invasi Taiwan. China langsung kirim kapal patroli, sementara Jepang protes keras atas pelanggaran wilayah udara dan laut. Dengan kedua raksasa Asia ini saling klaim pulau yang kaya sumber daya, situasi ini tak cuma soal tanah, tapi juga soal pengaruh regional yang bisa tarik AS ke dalamnya. Hingga kini, tak ada tembak-menembak, tapi ancaman konflik makin nyata. INFO CASINO

Sejarah Sengketa yang Panjang: China-Jepang Sedang Ribut Terkait Pulau Sengketa

Sengketa Senkaku/Diaoyu sudah berlangsung sejak 1895, saat Jepang klaim pulau itu sebagai terra nullius sebelum Perang Sino-Jepang Kedua. China bilang itu bagian dari Taiwan yang mereka kuasai sejak abad ke-14, dan klaimnya diakui Treaty of Shimonoseki. Pasca-Perang Dunia II, AS kelola pulau itu sebagai pangkalan militer hingga 1972, lalu serahkan ke Jepang. China protes keras saat Jepang nasionalisasi pada 2012, picu demonstrasi massal di Beijing dan boikot barang Jepang. Sejak itu, kapal China rutin masuk perairan, dengan 2025 catat rekor 350 hari kehadiran kapal penjaga pantai—naik 20 persen dari 2024. Jepang sebut ini “grey zone tactics” untuk ubah status quo tanpa perang terbuka. China balas, “Patroli sah untuk lindungi kedaulatan.”

Insiden Terbaru di Perairan Sengketa: China-Jepang Sedang Ribut Terkait Pulau Sengketa

Puncaknya 2 Desember: kapal nelayan Jepang katanya masuk 12 mil laut dari pulau utama, langsung diblokir empat kapal China Coast Guard. Beijing bilang nelayan itu “ilegal” dan diusir tanpa insiden, sambil tegaskan Diaoyu “milik China abadi”. Tokyo versi lain: kapal China “agresif” hampir tabrak nelayan, dan masuk wilayah udara Jepang dua kali dalam seminggu. Ini lanjutan patroli China 16 November, saat tiga kapal masuk perairan selama dua jam—pertama sejak komentar Takaichi soal Taiwan. Jepang mobilisasi jet F-15 untuk usir pesawat China, sementara China larang impor seafood Jepang sebagai balasan. Aktivis Jepang mendarat di pulau itu akhir pekan lalu, picu protes di kota-kota China. Kedua sisi saling tuding provokasi, tapi tak ada korban—belum.

Dampak Ekonomi dan Regional

Sengketa ini bukan main-main: pulau-pulau itu di atas cadangan gas alam senilai triliunan dolar, plus rute perdagangan Asia senilai 5 triliun dolar per tahun. Larangan impor seafood China tebas ekspor Jepang 30 persen, bikin nelayan Okinawa rugi besar. Jepang tingkatkan anggaran pertahanan 8 persen tahun ini, beli rudal anti-kapal dari AS, sementara China tambah kapal patroli 20 unit. AS, sekutu Jepang, tegaskan perjanjian keamanan cover Senkaku—bisa tarik konflik lebih luas, terutama dengan Taiwan cuma 170 km dari sana. ASEAN khawatir, karena Laut China Selatan sudah panas; Uni Eropa minta dialog bilateral. Ekonomi kedua negara—China ekspor 150 miliar dolar ke Jepang—bisa terganggu kalau eskalasi.

Kesimpulan

Ribut China-Jepang soal Senkaku/Diaoyu lagi-lagi tunjukkan betapa rapuhnya perdamaian di Asia Timur, di mana klaim historis bentrok ambisi modern. Dari konfrontasi kapal hingga larangan impor, ini bukan cuma soal pulau kecil, tapi soal supremasi maritim yang bisa gelorakan perang dagang atau lebih buruk. Kedua negara punya kepentingan besar untuk dialog—seperti kesepakatan 2014 yang kurangi insiden—tapi komentar Taiwan bikin api tambah panas. Ke depan, mediasi AS atau ASEAN mungkin jadi jalan keluar, asal ego nasional ditahan. Kalau tidak, pulau tak berpenghuni itu bisa jadi pemicu badai regional yang tak ada yang menang.

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *