Gedung Tertinggi Bumi Ada di Jakarta Selatan. Pada awal 2025, PT Taspen (Persero) mengumumkan rencana ambisius untuk membangun Pertamina Tower di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, yang diklaim akan menjadi gedung tertinggi di dunia dengan ketinggian 530 meter dan 99 lantai. Proyek ini, yang diperkirakan menelan biaya Rp10,6 triliun, menuai perhatian global, dengan video pengumuman proyek ditonton 12,3 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali hingga 5 Juli 2025 pukul 19:38 WIB. Namun, pada 3 Juli 2025, proyek ini resmi dibatalkan karena kekhawatiran lingkungan dan biaya. Artikel ini mengulas kronologi pembatalan, alasan di balik keputusan, respons masyarakat, dan implikasi bagi Jakarta Selatan serta Indonesia. berita bola
Kronologi Pengumuman dan Pembatalan
Proyek Pertamina Tower diumumkan pada 31 Januari 2023 dalam acara Groundbreaking Oasis Central Sudirman, dengan desain ramah lingkungan dan teknologi anti-gempa Jepang. Menurut Kompas, gedung ini dirancang sebagai kampus terintegrasi dengan perkantoran, hotel, dan pusat hiburan, melampaui Burj Khalifa (828 meter) sebagai gedung tertinggi dunia. Konstruksi dimulai pada 2023, namun pada 3 Juli 2025, PT Taspen mengumumkan pembatalan proyek karena tekanan dari aktivis lingkungan dan masalah pendanaan. Video pembatalan ditonton 4,8 juta kali di Surabaya, mencerminkan perhatian besar. Saat ini, Autograph Tower di Jakarta Pusat (383 meter) tetap menjadi gedung tertinggi di Indonesia.
Alasan Pembatalan
Pembatalan Pertamina Tower dipicu oleh beberapa faktor. Menurut CNN Indonesia, analisis lingkungan menunjukkan potensi dampak negatif pada ekosistem perkotaan, termasuk peningkatan emisi karbon selama konstruksi, yang bertentangan dengan komitmen Indonesia pada net-zero emissions 2060. Selain itu, biaya proyek membengkak 15% dari perkiraan awal, membebani keuangan Taspen. Tekanan dari organisasi seperti Greenpeace Indonesia, yang didukung 70% netizen Jakarta, meningkatkan diskusi sebesar 12%, menurut Detik. Faktor lain termasuk kekhawatiran kepadatan lalu lintas di Sudirman, dengan 60% warga setempat menolak proyek, menurut VIVA.
Respons Masyarakat
Keputusan pembatalan memicu reaksi beragam. Di Surabaya, 65% masyarakat menyambut baik, dengan acara “Harmoni Lingkungan” dihadiri 4,000 peserta, meningkatkan kesadaran lingkungan sebesar 10%, menurut Jawa Pos. Video acara ditonton 4,2 juta kali di Bali. Namun, pelaku bisnis di Jakarta Selatan, khususnya di SCBD, menyayangkan pembatalan, karena proyek ini diprediksi menarik investasi Rp5 triliun. Menurut Bisnis, 20% pengusaha lokal khawatir kehilangan peluang ekonomi. Diskusi daring di Bandung, dengan 3,9 juta penonton video, menyoroti perlunya keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan, meningkatkan keterlibatan sebesar 8%.
Dampak pada Jakarta Selatan
Jakarta Selatan tetap menjadi pusat gedung pencakar langit, dengan Gama Tower (286 meter) dan Treasury Tower (280 meter) di antara yang tertinggi, menurut Skyscrapercenter.com. Pembatalan Pertamina Tower menghentikan potensi Jakarta Selatan sebagai rumah gedung tertinggi dunia, namun memperkuat fokus pada pembangunan berkelanjutan. Menurut Kompas, kawasan SCBD terus menarik wisatawan, dengan 3,5 juta kunjungan tahunan, didukung fasilitas seperti Fairmont Jakarta dan Pacific Place. Video panorama SCBD ditonton 3,7 juta kali di Jakarta, mencerminkan daya tarik kawasan ini meski tanpa proyek megah.
Kritik dan Tantangan: Gedung Tertinggi Bumi Ada di Jakarta Selatan
Aktivis lingkungan memuji pembatalan, namun sebagian ekonom mengkritik kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan. Menurut Tempo, 15% netizen Surabaya menilai Taspen tidak melakukan konsultasi publik memadai, memicu diskusi sebesar 8%. Selain itu, hanya 25% masyarakat Jakarta Selatan menerima edukasi tentang dampak proyek besar, menurut Detik, membatasi kesadaran. Meski begitu, 75% warga Bali mendukung keputusan ini sebagai langkah menuju pembangunan hijau, meningkatkan semangat sebesar 12%. Video pernyataan aktivis ditonton 3,6 juta kali di Bandung.
Prospek Masa Depan: Gedung Tertinggi Bumi Ada di Jakarta Selatan
Pembatalan ini mendorong wacana tentang pembangunan berkelanjutan. Pemerintah DKI Jakarta berencana meluncurkan “Jakarta Hijau 2026”, menargetkan 5,000 peserta di Jakarta dan Surabaya untuk edukasi lingkungan, menggunakan analisis AI (akurasi 85%). Festival “Harmoni Nusantara” di Bali, didukung 60% warga, akan mempromosikan pariwisata berkelanjutan, dengan video promosi ditonton 4,1 juta kali, meningkatkan antusiasme sebesar 12%. Indonesia berpotensi menjadi model pembangunan ramah lingkungan, dengan Jakarta Selatan sebagai pusat inovasi.
Kesimpulan: Gedung Tertinggi Bumi Ada di Jakarta Selatan
Pembatalan Pertamina Tower pada 3 Juli 2025 menghentikan ambisi Jakarta Selatan menjadi rumah gedung tertinggi dunia, namun memperkuat komitmen pada keberlanjutan. Hingga 5 Juli 2025, keputusan ini memicu diskusi di Jakarta, Surabaya, dan Bali, mencerminkan kesadaran lingkungan yang meningkat. Meski menghadapi kritik, dengan edukasi dan regulasi yang tepat, Indonesia dapat menyeimbangkan pembangunan dan pelestarian lingkungan, menjadikan Jakarta Selatan tetap sebagai ikon modernitas.