israel-menyerang-hizbullah-di-lebanon

Israel Menyerang Hizbullah di Lebanon. Ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon kembali memuncak setelah serangkaian serangan udara Israel ke wilayah selatan Lebanon pada 16 Oktober 2025. Militer Israel mengklaim 12 serangan itu menarget infrastruktur Hizbullah di desa-desa seperti Mazraat Sinay dan Ansar, meski kesepakatan gencatan senjata November 2024 seharusnya jaga damai rapuh itu. Kementerian Kesehatan Lebanon laporkan satu warga tewas dan tujuh luka, termasuk anak-anak, dalam apa yang Beirut sebut “pelanggaran keji”. Serangan ini datang saat negosiasi tukar tawanan mandek, dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tegas bilang “kami tak akan biarkan ancaman Hizbullah tumbuh”. Di sisi lain, Hizbullah tuduh Israel provokasi untuk picu perang baru. Di tengah kekhawatiran eskalasi regional, pertanyaan besar: apakah ini awal akhir damai, atau gertakan untuk tekanan politik? Dengan korban sipil naik dan bantuan Gaza terhambat, situasi ini jadi ujian kredibilitas kesepakatan internasional. BERITA TERKINI

Latar Belakang Serangan: Respons atas Ancaman Hizbullah: Israel Menyerang Hizbullah di Lebanon

Serangan Israel ini bukan kejadian terisolasi, tapi bagian dari pola konfrontasi yang berlangsung sejak gencatan senjata November 2024. IDF klaim targetnya adalah gudang senjata Hizbullah di Mazraat Sinay, yang katanya simpan roket jarak pendek siap diluncurkan ke Israel utara. Ini respons atas tembakan roket sporadis dari Lebanon sejak awal Oktober, yang tewaskan dua warga Israel dan picu evakuasi 60.000 penduduk Galilea. Netanyahu, yang hadapi kritik domestik soal keamanan pasca-7 Oktober 2023, lihat serangan ini sebagai “pembersihan preventif” untuk cegah serangan besar seperti 2024 yang libatkan 8.000 roket.

Hizbullah, sekutu Iran, balas tuduh Israel langgar gencatan senjata dengan drone pengintaian yang sering terbang di langit selatan Lebanon. Kelompok itu klaim serangan 16 Oktober tewaskan satu militan mereka, tapi Lebanon bilang korban sipil tak bersalah. Latar belakang ini rumit: gencatan senjata janji zona penyangga 30 km di kedua sisi perbatasan, tapi pelanggaran kecil seperti tembakan artileri rutin terjadi. Israel sebut Hizbullah simpan 150.000 roket, cukup untuk bombardir Tel Aviv, sementara Beirut tuduh IDF bangun pos militer ilegal di Shebaa Farms. Serangan ini jadi siklus: satu roket dari Lebanon picu balasan udara, bikin damai rapuh seperti kaca retak.

Dampak di Lebanon: Korban Sipil dan Krisis Kemanusiaan: Israel Menyerang Hizbullah di Lebanon

Serangan 16 Oktober langsung tewaskan satu warga dan lukakan tujuh di Ansar, termasuk dua anak yang dirawat di rumah sakit Nabatieh. Kementerian Kesehatan Lebanon bilang ledakan hancurkan tiga rumah dan gudang pertanian, picu evakuasi 500 penduduk. Ini tambah beban Lebanon yang sudah lumpuh ekonomi—parlemen gagal pilih presiden sejak 2022, dan inflasi 200 persen bikin bantuan internasional terhambat. Hizbullah, yang kuasai selatan Lebanon, janji balas, tapi kelompok itu hadapi tekanan internal: korban tewas 500 sejak 2023 bikin dukungan warga pudar.

Krisis kemanusiaan memburuk: serangan ini tutup akses bantuan ke Gaza via Lebanon, di mana 40.000 tewas sejak perang mulai. PBB sebut 1,2 juta pengungsi Lebanon Utara butuh makanan darurat, tapi blokade sporadis IDF bikin truk terhenti. Dampaknya luas: anak-anak di Bekaa Valley alami trauma, dengan kasus PTSD naik 40 persen. Lebanon, yang GDP-nya turun 7 persen tahun lalu, tak sanggup tangani—Hizbullah rekrut lebih banyak pemuda miskin, perpanjang siklus kekerasan. Serangan ini tak cuma militer; ia erosi stabilitas Lebanon yang sudah goyah.

Respons Internasional: Tekanan Diplomatik dan Risiko Eskalasi

Dunia langsung bereaksi: Sekjen PBB Antonio Guterres sebut serangan “pelanggaran gencatan senjata” dan tuntut investigasi independen. AS, sekutu Israel, bilang “kami pantau ketat” sambil ingatkan Netanyahu hindari eskalasi—Presiden Joe Biden tambah bantuan militer 500 juta dolar tapi syarat damai. Iran, pendukung Hizbullah, ancam “balas dendam” via milisi di Irak, picu kekhawatiran perang regional. Qatar dan Mesir, mediator utama, dorong pertemuan darurat di Doha untuk selamatkan kesepakatan.

Respons ini tunjukkan risiko: jika Hizbullah balas dengan roket massal, Israel bisa invasi darat Lebanon Selatan lagi, seperti 2006 yang tewaskan 1.200 Lebanon. Eropa, via Macron, tekan Ankara untuk mediasi—Turki kirim tim forensik ke Gaza sebagai gestur damai. Internasional ini beri harapan, tapi lambat: resolusi DK PBB mandek karena veto AS. Dengan 19 jenazah sandera Gaza tersisa, eskalasi Lebanon bisa hentikan negosiasi. Respons global tegas, tapi tanpa aksi cepat, konflik bisa meluas ke Suriah dan Yaman.

Kesimpulan

Serangan Israel ke Hizbullah di Lebanon 16 Oktober 2025 adalah pukulan telak bagi gencatan senjata yang rapuh. Dari tuduhan pelanggaran Netanyahu, korban sipil di Lebanon, hingga tekanan internasional yang mendesak, semuanya tunjukkan perdamaian Timur Tengah masih jauh. Dengan Hizbullah janji balas dan risiko perang regional naik, mediator seperti Qatar harus gerak cepat. Bagi Lebanon, serangan ini tambah luka lama; bagi dunia, peringatan bahwa konflik Gaza tak berdiri sendiri. Saat November mendekat, harapan tipis: damai atau eskalasi? Satu hal pasti, tanpa kompromi, Lebanon bisa jadi medan perang baru.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *