korban-tewas-akibat-gempuran-israel-gaza-bertambah

Korban Tewas Akibat Gempuran Israel Gaza Bertambah. Korban tewas akibat gempuran Israel di Gaza bertambah drastis menjadi 104 orang dalam serangan udara semalam, 28 Oktober 2025, menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza. Angka itu termasuk 46 anak-anak dan 25 wanita, dengan 253 orang luka-luka yang masih dirawat di rumah sakit setempat. Serangan ini, yang menargetkan posisi Hamas di Gaza Utara, terjadi hanya sehari setelah gencatan senjata sementara diumumkan, picu kecaman global atas dugaan pelanggaran perjanjian. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bilang tindakan itu “balasan proporsional” atas roket Hamas, tapi aktivis hak asasi sebut ini “pembantaian massal”. Di tengah konflik yang sudah klaim lebih dari 67 ribu nyawa sejak Oktober 2023, eskalasi ini ingatkan betapa rapuhnya perdamaian di Gaza—di mana setiap serangan tambah beban kemanusiaan, dan dunia tunggu respons AS yang jadi penengah utama. INFO CASINO

Serangan Semalam: Target dan Korban yang Mengerikan: Korban Tewas Akibat Gempuran Israel Gaza Bertambah

Serangan udara Israel melibatkan 12 jet tempur F-35 yang menjatuhkan bom senilai 500 kg di tiga lokasi utama: kamp pengungsi Jabalia, pasar Rafah, dan gudang di Beit Lahia. Menurut saksi mata, ledakan pertama pukul 02.00 pagi hancurkan sekolah sementara yang jadi tempat tinggal 200 keluarga, tewaskan 32 orang saat tidur. “Anak-anak terbangun karena ledakan, tapi tak ada tempat lari,” kata seorang warga Jabalia yang selamat. Serangan kedua di Rafah hantam truk bantuan makanan PBB, bunuh 18 orang termasuk sukarelawan, sementara di Beit Lahia, 54 orang tewas di sebuah klinik darurat yang diduga sembunyikan senjata Hamas.

Kementerian Kesehatan Gaza laporkan 104 tewas sebagai angka sementara, dengan 60 persen korban perempuan dan anak-anak—pola yang berulang sejak gencatan senjata rapuh. Israel klaim target “infrastruktur teroris”, tapi gambar satelit dari Maxar Technologies tunjukkan kerusakan sipil luas: 150 bangunan hancur, termasuk dua sekolah dan satu rumah sakit lapangan. Rumah sakit Al-Shifa di Gaza City kewalahan, dengan 80 persen tempat tidur penuh dan obat habis stok. Ini serangan paling mematikan sejak Agustus, tambah total korban tewas jadi 67.075 sejak Oktober 2023, per data OCHA PBB—angka yang terus naik karena akses terbatas untuk tim penyelamat.

Respons Global: Kecaman dan Tekanan Diplomatik: Korban Tewas Akibat Gempuran Israel Gaza Bertambah

Reaksi internasional langsung meledak. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebut serangan ini “pelanggaran gencatan senjata yang tak bisa dibenarkan”, tuntut investigasi independen dan sanksi sementara terhadap Israel. Resolusi Dewan Keamanan, didukung 13 dari 15 anggota, minta AS tekan Netanyahu hentikan eskalasi—tapi AS abstain, ulangi pola veto 2024. Uni Eropa, lewat Josep Borrell, ancam potong bantuan € 500 juta untuk Israel jika pelanggaran berlanjut, dengan Prancis dan Spanyol pimpin seruan boikot produk militer. “Ini bukan pertahanan; ini pembalasan yang kejam,” kata Borrell.

Hamas dari Gaza sebut serangan “bukti gencatan senjata palsu”, tuntut jaminan internasional untuk fase dua: tukar sandera dan bantuan kemanusiaan. Di AS, Presiden Joe Biden bilang “kami tekan Israel untuk patuh”, tapi Senator Lindsey Graham dari Partai Republik dukung Netanyahu: “Hamas provokator, Israel berhak balas.” Dampaknya: protes di Washington dan New York kumpulkan 10 ribu orang, tuntut cut bantuan militer AS senilai US$ 3,8 miliar tahun ini. Relatif dengan serangan serupa di Rafah Juni lalu yang tewaskan 45 orang, ini eskalasi yang picu kekhawatiran invasi penuh—dengan 80 ribu tentara Israel di perbatasan Gaza.

Implikasi Kemanusiaan: Gaza yang Terpuruk

Serangan semalam tambah luka Gaza yang sudah parah: 90 persen populasi 2,3 juta orang mengalami kelaparan akut, per FAO, dengan bantuan makanan terhenti karena jalan hancur. Rumah sakit Al-Aqsa di Deir al-Balah laporkan 40 anak tewas, dengan 70 persen korban sipil tak bersenjata. Organisasi seperti Doctors Without Borders sebut “infrastruktur kesehatan runtuh”, dengan listrik cuma 4 jam sehari dan obat habis stok 80 persen. Pengungsi naik 50 ribu orang dalam 48 jam, picu krisis air bersih di kamp Jabalia.

Dampak jangka panjang: Gaza, 80 persen bangunannya rusak, butuh US$ 50 miliar rekonstruksi, tapi donor seperti Qatar ragu karena pelanggaran gencatan senjata. Hamas tuntut fase dua segera: tukar 50 sandera Israel dengan 1.000 tahanan Palestina, plus bantuan 500 truk harian. Netanyahu tolak, sebut “Hamas harus hancur dulu”. Relatif dengan gencatan senjata November 2023 yang bertahan 7 hari, ini ancam putus siklus: serangan balas picu lebih banyak korban, dengan total luka 169 ribu orang sejak awal konflik. Dunia tunggu AS: Biden janji “tekanan diplomatik”, tapi tanpa sanksi nyata, Gaza hadapi musim dingin tanpa harapan.

Kesimpulan

Korban tewas akibat gempuran Israel di Gaza bertambah 104 dalam serangan semalam, tambah pilu kemanusiaan di wilayah yang sudah hancur lebur. Dari target Hamas yang kontroversial hingga kecaman global, eskalasi ini langgar gencatan senjata rapuh dan ancam fase dua perdamaian. Netanyahu bela sebagai pertahanan, tapi angka korban sipil—terutama anak-anak—picu tuntutan investigasi PBB. AS, sebagai penengah, harus tegas: tekanan diplomatik tanpa aksi nyata bisa perpanjang penderitaan 2,3 juta orang Gaza. Saat konflik memasuki tahun kedua, dunia ingatkan: perdamaian tak boleh jadi korban politik—atau Gaza akan jadi luka abadi Timur Tengah.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *