Pemimpin Kelompok Anti-Gaza Ditemukan Tewas. Kematian Yasser Abu Shabab, pemimpin kelompok bersenjata anti-Hamas di Gaza, mengguncang dinamika pasca-perang di wilayah itu. Abu Shabab, yang memimpin Pasukan Rakyat Gaza (Popular Forces), tewas pada 4 Desember 2025 di Rafah selatan, akibat luka tembak saat menengahi pertengkaran keluarga. Kelompoknya, berbasis di zona yang dikuasai Israel, langsung menepis rumor keterlibatan Hamas, sambil bersumpah lanjutkan perjuangan melawan “terorisme”. Kejadian ini jadi pukulan bagi strategi Israel yang mempersenjatai klan anti-Hamas untuk lemahkan pengaruh kelompok Islamis itu, di tengah gencatan senjata yang rapuh. INFO SLOT
Profil Yasser Abu Shabab dan Kelompoknya: Pemimpin Kelompok Anti-Gaza Ditemukan Tewas
Yasser Abu Shabab, pria Bedouin berusia sekitar 30-an dari klan Tarabin, muncul sebagai figur kunci sejak agresi Israel ke Gaza dimulai pada 2023. Dia memimpin Pasukan Rakyat Gaza, milisi kecil dengan puluhan hingga ratusan anggota, yang beroperasi di Rafah timur—wilayah di bawah kendali Israel pasca-gencatan senjata Oktober 2025. Kelompok ini terkenal karena operasi keamanan di zona Israel, termasuk pengawalan distribusi bantuan dan razia anti-Hamas. Abu Shabab sering disebut “broker kekuasaan” di Rafah timur, tapi juga dikecam karena tuduhan jarah truk bantuan kemanusiaan. Suku Tarabin sempat usir dia karena tuduhan pengkhianatan, tapi dia bangun basis kuat dengan dukungan logistik Israel.
Keadaan Kematian dan Versi yang Bertentangan
Menurut pernyataan resmi Pasukan Rakyat Gaza, Abu Shabab tewas saat mediasi perselisihan keluarga di Rafah, di mana baku tembak pecah dan dia kena peluru. Kelompoknya bantah keras klaim bahwa Hamas di baliknya, sebut laporan itu “menyesatkan” dan tekankan Hamas “terlalu lemah” untuk serang dia. Media Israel seperti Channel 14 dan Radio Angkatan Darat konfirmasi kematiannya, bilang itu bentrokan internal antar-klan, bukan Hamas. Abu Shabab sempat dievakuasi ke Rumah Sakit Soroka di Israel selatan, tapi tak tertolong. Beberapa sumber Gaza sebut ada perayaan kecil di kalangan warga atas kematiannya, lihat dia sebagai kolaborator. Hamas belum komentar resmi, tapi koresponden Al Jazeera bilang detail masih kabur tanpa verifikasi independen.
Dampak terhadap Strategi Israel di Gaza
Kematian Abu Shabab jadi kemunduran besar buat Israel, yang akui Juni 2025 bahwa mereka persenjatai klan anti-Hamas untuk ganti kekuasaan Hamas. Strategi ini bagian dari rencana fase kedua perdamaian Trump: bentuk pemerintahan sementara, tarik pasukan Israel, dan larang senjata Hamas. Pasukan Rakyat Gaza, yang koordinasi erat dengan Israel di situs bantuan seperti Gaza Humanitarian Foundation, kini kehilangan pemimpin utama. Analis bilang ini picu keraguan di milisi lain seperti kelompok Hossam al-Astal di Khan Younis, yang tawarkan “alternatif” ke Hamas. Israel tolak komentar resmi, tapi pakar seperti Muhammad Shehada dari European Council on Foreign Relations sebut milisi ini tak pernah jadi ancaman nyata bagi Hamas, yang kuasai Gaza sejak 2007.
Reaksi dan Implikasi Regional
Kelompok Abu Shabab sumpah lanjut “bersihkan Rafah dari teror” dan bangun masa depan aman, tapi wakilnya Ghassan al-Duhine hilang jejak—ada rumor dia tewas dalam penyergapan serupa. Di Gaza, warga campur aduk: sebagian rayakan sebagai “keadilan” atas jarahan bantuan, yang bikin kelaparan tambah parah (lebih dari 70 ribu tewas sejak 2023). Internasional, AS dan sekutu lihat ini ujian fase dua Trump, yang janji “segera” tapi kini ragu soal stabilitas. Hamas, yang anggap Abu Shabab pengkhianat, bisa manfaatkan ini rekrut lebih banyak. Sementara, konflik klan internal Gaza makin panas, ganggu rekonstruksi di bawah gencatan senjata.
Kesimpulan
Kematian Yasser Abu Shabab bukan akhir cerita, tapi pengingat betapa rapuhnya upaya bagi Gaza pasca-perang. Dari mediasi keluarga biasa jadi simbol kegagalan strategi proxy Israel, kejadian ini buka ruang buat Hamas kuat lagi atau klan lain rebut kekuasaan. Di tengah 70 ribu nyawa hilang dan jutaan bergantung bantuan, Gaza butuh perdamaian sungguhan, bukan milisi bayangan. Israel harus pikir ulang rencana fase dua, sementara Trump tekan mediasi. Yang pasti, Rafah selatan lagi jadi medan tarik-menarik—dan korban selanjutnya mungkin bukan cuma pemimpin klan. Gaza pantas lebih dari kekerasan internal; saatnya dialog yang beneran bawa damai.