Pengakuan Banyak Negara, Berpengaruhkah bagi Palestina? New York, 23 September 2025 – Gelombang pengakuan negara Palestina oleh berbagai negara terus bergulir di tengah Sidang Umum PBB ke-80, dengan Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal bergabung pada akhir pekan lalu sebagai negara Barat pertama yang resmi akui kedaulatan Palestina. Langkah ini, yang didorong konferensi dua negara Prancis-Arab Saudi, bikin total pengakui capai 156 dari 193 anggota PBB—sekitar 80 persen. Pidato Perdana Menteri Kanada Mark Carney dan PM Inggris Keir Starmer tekankan pengakuan ini bukan hadiah untuk kekerasan, tapi cara jaga solusi dua negara di tengah konflik Gaza yang sudah bunuh 40 ribu jiwa sejak Oktober 2023. Israel sebut ini “hadiah untuk teroris Hamas”, sementara Palestina rayakan sebagai “kemenangan moral”. Pertanyaannya kini: apakah pengakuan massal ini benar-benar pengaruh bagi Palestina, atau cuma simbol tanpa gigi? BERITA BOLA
Apa Saja Negara yang Sudah Mengakui Palestina: Pengakuan Banyak Negara, Berpengaruhkah bagi Palestina?
Hingga September 2025, Palestina diakui oleh 156 negara anggota PBB, termasuk hampir semua di Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Pengakuan awal datang 1988 saat PLO deklarasi negara Palestina, dengan 94 negara ikut langsung. Gelombang besar kedua 2010-2011 bawa total 122, dan kini 2025 jadi puncak dengan negara Barat ikut bergabung.
Dari Barat, Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal umumkan pengakuan 21 September, diikuti Prancis, Belgia, Luksemburg, dan Malta yang direncanakan 22 September. Ini bikin empat dari lima anggota Dewan Keamanan tetap (kecuali AS) dukung Palestina. Di Eropa, Spanyol, Norwegia, dan Irlandia sudah akui Mei 2024, total 12 negara UE. Di Asia, China dan Rusia akui 1988, sementara Indonesia dan Malaysia dukung sejak awal. Amerika Latin dominan: Brasil, Meksiko, Argentina, dan 20 negara lain akui sejak 2010. Afrika punya 50 pengakui, termasuk Afrika Selatan yang ajukan kasus genosida Israel di ICJ.
Pengakuan ini beri Palestina status observer di PBB sejak 2012, tapi AS veto keanggotaan penuh. Konferensi PBB Juli 2025 dorong lebih banyak negara ikut, dengan resolusi dukung dua negara lewat voting 143-8.
Apakah Pengakuan Ini Dapat Berpengaruh Dalam Proses Pendamaian
Pengakuan massal ini pengaruh simbolis dan diplomatik, tapi dampak praktis terbatas tanpa AS dan UE penuh. Simbolis, ia tolak narasi Israel bahwa Palestina tak eksis—seperti kata Husam Zomlot, utusan Palestina ke Inggris: “Ini koreksi historis, bikin Israel terisolasi secara moral.” Pengakuan bikin Palestina bisa buka kedutaan di negara pengakui, masuk traktat bilateral, dan saingi Israel di forum internasional—seperti resolusi PBB Juli 2025 yang dukung dua negara lewat 143 suara.
Praktis, ia tekan Israel hentikan pemukiman ilegal di Tepi Barat, yang ICJ sebut pelanggaran hukum. Analis seperti Marc Weller dari Cambridge bilang pengakuan “ubah status Palestina dari entitas yang harus jadi negara ke entitas yang sudah negara”, bantu revisi hubungan bilateral dengan Israel. Tapi tanpa AS, Palestina tak dapat bantuan besar atau keanggotaan PBB penuh—veto AS blokir sejak 2011. Di Gaza, pengakuan tak hentikan perang; Israel lanjut operasi Maret 2025 meski resolusi PBB tuntut gencatan. Secara keseluruhan, pengaruh positif untuk isolasi Israel, tapi pendamaian butuh negosiasi langsung—seperti Oslo 1993 yang gagal karena tak ada pengakuan kuat.
Apakah Negara Israel Juga Ingin Berdamai Secepatnya Dengan Palestina
Israel tak tunjukkan keinginan berdamai secepatnya; PM Benjamin Netanyahu sebut pengakuan Palestina “hadiah untuk teroris Hamas” dan janji “negara Palestina tak akan dibentuk”. Pidato PBB-nya 22 September tolak solusi dua negara, sebut itu “ancaman keamanan” karena Palestina tak bisa demiliterisasi. Polling Pew Juni 2025 tunjukkan 56 persen Israel yakin rakyatnya komit damai, tapi cuma 21 persen percaya koeksistensi dengan Palestina mungkin—turun dari 50 persen 2013.
Pemerintah Netanyahu, koalisi sayap kanan, tolak negosiasi Oslo-style; Menteri Keuangan Bezalel Smotrich usul aneksasi Tepi Barat sebagai “balasan” pengakuan. Israel lanjut bangun pemukiman (20 ribu unit 2024-2025), langgar resolusi PBB, dan operasi Gaza Maret 2025 hancurkan infrastruktur. Meski 82 persen Arab Israel dukung dua negara, 23 persen Yahudi Israel setuju—mayoritas lihat Palestina sebagai ancaman. AS, sekutu utama, tolak pengakuan, sebut itu “hadiah kekerasan”. Israel ingin damai, tapi versi mereka: Palestina demiliterisasi penuh dan tanpa Yerusalem Timur. Pendeknya, tak ada urgensi secepatnya; Netanyahu fokus “keamanan” dulu.
Kesimpulan: Pengakuan Banyak Negara, Berpengaruhkah bagi Palestina?
Pengakuan Palestina oleh 156 negara jadi kemenangan diplomatik yang pengaruh simbolis besar, isolasi Israel secara moral dan tekan hentikan pemukiman ilegal. Tapi tanpa AS dan negosiasi langsung, dampak praktis terbatas—pendamaian butuh komitmen kedua pihak, yang Israel tak tunjukkan secepatnya. Dari konferensi PBB Juli 2025 hingga gelombang Barat September, momentum ada, tapi Gaza tetap jadi pengingat: pengakuan bagus, tapi aksi nyata lebih penting. Bagi Palestina, ini langkah maju; bagi dunia, panggilan untuk tekan damai sejati.