tanggapan-hamas-israel-usai-trump-akan-akhiri-perang-gaza

Tanggapan Hamas Israel Usai Trump Akan Akhiri Perang Gaza. Pada 30 September 2025, pengumuman rencana perdamaian Gaza oleh Presiden Donald Trump memicu gelombang respons dari berbagai pihak, tapi sorotan utama jatuh pada tanggapan Hamas dan Israel. Bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Gedung Putih kemarin, Trump ungkap 20 poin proposal yang janjikan akhir perang hampir dua tahun ini: gencatan senjata segera, pembebasan sandera, dan pemerintahan transisi tanpa Hamas. Israel langsung dukung, tapi Hamas sebut rencana itu tak libatkan mereka, meski sumber dekat negosiasi bilang kelompok itu condong terima dan beri jawaban Rabu ini lewat mediator Mesir-Qatar. Di tengah korban jiwa melebihi 66 ribu di Gaza dan tekanan global pasca-UNGA, momen ini terasa seperti titik balik—atau jebakan baru—di konflik yang sudah telan terlalu banyak nyawa. Saat dunia tunggu respons Hamas, ketegangan Gaza tetap tinggi, dengan serangan Israel bunuh 42 warga Palestina dalam 24 jam terakhir. BERITA VOLI

Isi Rencana Perdamaian Trump: Tanggapan Hamas Israel Usai Trump Akan Akhiri Perang Gaza

Rencana 20 poin Trump sederhana tapi tegas: akhir perang langsung jika Hamas setuju. Poin kunci termasuk pembebasan semua sandera Israel—sekitar 20 hidup dan 25 jenazah—dalam 48 jam setelah gencatan, tukar dengan 250 tahanan Palestina seumur hidup dan 1.700 lainnya yang ditangkap sejak Oktober 2023. Israel tarik pasukan bertahap dari Gaza, tanpa aneksasi wilayah, sementara bantuan kemanusiaan masuk bebas—minimal seperti kesepakatan Januari 2025, termasuk bangun ulang rumah sakit, infrastruktur air-listrik, dan buka Rafah dua arah via PBB dan Bulan Sabit Merah.

Gaza bakal diurus komite teknokrat Palestina sementara, apolitis, untuk layani warga sehari-hari. Hamas? Anggota yang janji damai dan serahkan senjata dapat amnesti, sementara yang tolak bisa keluar aman ke negara penerima seperti Sudan atau Pakistan—yang sudah tawarkan hosting pemimpin. Trump sebut ini “kesempatan damai”, tapi tambah ancaman: jika Hamas tolak, AS beri lampu hijau penuh buat Israel “selesaikan pekerjaan” dan hancurkan kelompok itu. Proposal ini keluar setelah Trump klaim negosiasi “tahap akhir” dalam wawancara Axios akhir pekan, dan langsung disambut Netanyahu yang bilang capai tujuan perang Israel: pulangkan sandera, lumpuhkan Hamas militer, dan pastikan Gaza tak ancam lagi.

Tanggapan Israel dan Dukungan Regional: Tanggapan Hamas Israel Usai Trump Akan Akhiri Perang Gaza

Israel tak buang waktu: Netanyahu konfirmasi dukung penuh di konferensi pers Gedung Putih, sebut rencana ini “capai tujuan perang kami” sambil tekankan Gaza tak boleh jadi basis ancaman lagi. Meski koalisi Netanyahu penuh tekanan dari menteri sayap kanan seperti Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir—yang dorong pengambilalihan Gaza dan migrasi sukarela—PM Israel ini lihat proposal sebagai jalan keluar tanpa kompromi besar. Ia tolak peran Otoritas Palestina (PA) di Gaza, sebut itu “garis merah”, dan fokus pada penarikan bertahap pasukan sambil jaga garis depan.

Dukungan regional cepat mengalir. Menteri Luar Negeri Qatar, Yordania, UEA, Indonesia, Pakistan, Turki, Saudi, dan Mesir sambut “upaya tulus” Trump dalam pernyataan bersama. Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang punya rencana sendiri bareng Saudi, sebut Israel harus “terlibat tegas” dan Hamas “tak punya pilihan” selain lepas sandera. PA di Tepi Barat, rival Hamas, sambut hangat dan janji reformasi buat balik ke Gaza, buka jalan negara Palestina. Sementara itu, keluarga sandera Israel protes di depan konsulat AS di Tel Aviv, tuntut implementasi cepat. Respons ini tunjukkan momentum: Trump klaim kesepakatan bisa buka perdamaian Timur Tengah lebih luas, meski kritik bilang ini lebih untungkan Israel.

Respons Hamas dan Ketegangan Lapangan

Hamas langsung respons dingin: juru bicara sebut rencana Trump “tak konsultasi kami”, dan kelompok itu tolak bentuk saat ini karena tak jamin akhir permanen perang atau tarik penuh Israel sebelum lepas sandera. Tapi, di balik itu, sumber dekat negosiasi bilang Hamas dan faksi Palestina lain “condong terima”, dengan jawaban resmi ke mediator Mesir-Qatar Rabu ini. Sayap bersenjata Qassam Brigades sebut kontak putus dengan tim jagain dua sandera di Gaza Kota, di tengah invasi darat Israel yang perluas bombardir dan bunuh puluhan sipil harian.

Ini campur aduk: Hamas tuntut akhir total perang dulu, tapi tawaran amnesti dan jalan keluar aman bisa pecah kelompok internal—beberapa pemimpin mungkin ambil opsi evakuasi ke Sudan atau Pakistan. Sementara, di lapangan, Gaza Health Ministry laporkan 453 kematian kelaparan sejak Oktober 2023, termasuk 150 anak, dengan total korban 66.097. Serangan Israel kemarin bunuh 42 lagi, sementara warga antre makanan panas di Nuseirat. Trump sebut ini “kesempatan terakhir” buat Hamas, tapi analis bilang penolakan bisa picu eskalasi—Israel sudah maju operasi militer baru. Respons ini jadi kunci: terima berarti gencatan cepat, tolak berarti darah lebih banyak.

Kesimpulan

Rencana Trump buat akhir perang Gaza jadi ujian besar buat ketiga pihak: Israel dapat jaminan aman, Hamas hadapi pilihan antara amnesti atau hancuran, dan AS posisikan diri sebagai penengah kuat. Dengan Netanyahu dukung tegas, dukungan regional hangat, dan Hamas condong setuju meski ragu, Rabu ini bisa jadi hari harapan—orang Gaza akhirnya bisa bangun ulang tanpa bom. Tapi, di balik proposal 20 poin yang janjikan bantuan dan pemerintahan baru, bayang ancaman Trump jelas: damai atau lenyap. Saat korban jiwa numpuk dan dunia tekan, ini momen buat langkah bijak—bukan cuma akhir perang, tapi awal rekonsiliasi. Gaza pantas damai, dan tanggapan besok bisa jadi kunci buka pintu itu.

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *