Trump Sebutkan Harvard Perlu Bayar Rp 8,3 Triliun. Pada 1 Oktober 2025, Presiden AS Donald Trump kembali jadi sorotan dengan pernyataan pedasnya soal Harvard University, di mana ia sebut universitas itu harus “bayar pajak sebesar Rp 8,3 triliun” atas pendapatan endowment-nya. Pernyataan ini keluar saat Trump tanda tangan paket spending bill raksasa bernama “One Big Beautiful Bill Act”, yang naikkan tarif pajak endowment dari 1,4% jadi 8% untuk institusi seperti Harvard. Endowment Harvard, aset investasi mencapai US$53 miliar (sekitar Rp 800 triliun), hasilkan pendapatan tahunan sekitar US$2 miliar – dan pajak baru ini picu beban US$160 juta atau Rp 2,5 triliun. Tapi Trump, dalam pidato di Gedung Putih, sebut angka itu “setidaknya US$500 juta” atau Rp 8,3 triliun jika hitung kumulatif atau proyeksi, sebagai “hukuman adil” atas “kampus woke”. Ini bagian dari serangan Trump terhadap universitas elit, di tengah krisis anggaran federal dan pemotongan subsidi sosial. Di saat Harvard hadapi tuntutan anti-Semitisme dan boikot, pernyataan ini picu debat: pajak ini beneran adil, atau cuma politik balas dendam? Artikel ini mengupas latar belakang, dampak, dan reaksi, biar Anda paham kenapa Harvard lagi jadi sasaran nomor satu Trump. BERITA BASKET
Latar Belakang Pajak Endowment dan Serangan Trump: Trump Sebutkan Harvard Perlu Bayar Rp 8,3 Triliun
Pajak endowment pertama kali lahir di Tax Cuts and Jobs Act 2017 era Trump pertama, dengan tarif 1,4% untuk universitas swasta dengan aset lebih dari US$500.000 per mahasiswa – sasaran utama Harvard, Yale, dan Princeton. Saat itu, Trump sebut ini “pajak atas kekayaan tersembunyi” yang untungkan elit liberal. Harvard, dengan endowment US$53 miliar (rata-rata US$2,1 juta per mahasiswa), bayar US$40 juta per tahun, yang dipakai untuk beasiswa dan riset. Tapi di 2025, dengan Republik kuasai Kongres, Trump dorong naikkan jadi 8% lewat spending bill Juli yang baru ditandatangani.
Bill ini, yang lulus DPR dengan selisih tipis 219-213 dan Senat 52-48, sertakan potongan Medicaid US$638 miliar dan subsidi Obamacare, tapi tambah pajak endowment untuk “imbangi defisit”. Trump, dalam konferensi pers 1 Oktober, bilang: “Harvard punya duit lebih dari PDB negara kecil, tapi mereka ajar anak muda benci Amerika. Bayar Rp 8,3 triliun – itu baru awal!” Angka itu tampaknya proyeksi: 8% dari US$2 miliar pendapatan endowment US$160 juta, tapi Trump kalikan dengan faktor “penalti” atas pro-Palestina protest 2024 yang ia anggap anti-Semit. Ini lanjutan eksekutif order Januari 2025 yang cabut visa mahasiswa asing Harvard, picu tuntutan hukum.
Dampak Finansial bagi Harvard dan Universitas Lain
Beban pajak baru ini brutal buat Harvard. Endowment-nya, yang invest di saham, obligasi, dan alternatif seperti hedge fund (model Yale), tarik 4-6% per tahun untuk bayar US$6 miliar biaya operasional – termasuk beasiswa penuh untuk 55% mahasiswa berpenghasilan rendah. Pajak 8% kurangi US$160 juta tahunan, setara 2,7% anggaran, yang bisa pangkas riset medis atau bantuan keuangan. Harvard sudah habiskan US$230.000 untuk lobi di Q1 2025, termasuk US$90.000 ke firma Ballard Partners yang dekat Trump, tapi sia-sia.
Bukan Harvard doang: Yale (US$41 miliar), Stanford (US$37 miliar), dan MIT (US$24 miliar) kena imbas serupa, total pajak tambahan US$400-850 juta per tahun untuk 60 universitas elit. Kritikus seperti Peter Levine dari Wellesley bilang ini “serangan politik, bukan kebijakan masuk akal”, karena endowment terikat donor – tak bisa dipakai bebas. Trump sebut ini “buat mereka bayar upah dosa woke”, tapi ekonom seperti Phillip Levine prediksi kontraksi riset: Harvard bisa kurangi fellowship 10-15%, hambat inovasi seperti vaksin COVID yang lahir dari labnya. Di tengah defisit AS US$1,83 triliun 2024, pajak ini tambah US$4 triliun defisit jangka panjang, kata Senator Ron Johnson yang tolak bill.
Reaksi dari Harvard, Kongres, dan Komunitas Akademik
Harvard langsung lawan: Presiden Alan Garber sebut pajak ini “ancaman eksistensial terhadap misi pendidikan”, dan rencana gugat ke Mahkamah Agung. Alumni seperti Bill Gates dan Mark Zuckerberg, donatur besar, kritik Trump via X: “Ini bunuh inovasi Amerika.” Di Kongres, Demokrat seperti Hakeem Jeffries sebut “pembalasan murahan terhadap kampus yang kritik Trump”, sementara Republik moderat seperti Greg Stanton dorong revisi. Serikat dosen Harvard ancam mogok jika pemotongan beasiswa, dan mahasiswa internasional (35% populasi) khawatir visa dicabut.
Komunitas akademik global gelisah: UE khawatir aliran mahasiswa ke Eropa naik, sementara China lihat ini peluang curi talenta. Media seperti Washington Post sebut ini “perang Trump terhadap elit”, bandingkan dengan serangan 2025 pada firma hukum dan media kiri. Trump, di X, balas: “Harvard bayar atau tutup – sederhana!” Ini picu donasi alumni naik 20% pasca-pengumuman, tapi juga boikot dari donor konservatif.
Kesimpulan: Trump Sebutkan Harvard Perlu Bayar Rp 8,3 Triliun
Pernyataan Trump soal Harvard bayar Rp 8,3 triliun adalah pukulan telak bagi universitas elit, campur politik balas dendam dan reformasi pajak. Di 1 Oktober 2025, dengan bill baru berlaku, Harvard dan rekan-rekannya hadapi dilema: potong riset atau gugat pemerintah. Ini soroti jurang antara kekayaan endowment dan tuntutan sosial, tapi juga risiko kebijakan partisan hambat kemajuan AS. Trump menang poin politik di basisnya, tapi rugi jangka panjang: inovasi butuh dana bebas, bukan pajak hukuman. Bagi Harvard, ini ujian ketangguhan – endowment-nya kuat, tapi semangatnya yang bikin bertahan. Semoga debat ini lahirkan kebijakan adil, bukan perang budaya. Pada akhirnya, pendidikan tak boleh jadi korban politik – Harvard bayar pajak, tapi Amerika bayar harga lebih mahal.