Venezuela Marah Usai Jet AS Memasuki Wilayahnya. Ketegangan antara Venezuela dan Amerika Serikat memanas lagi setelah insiden jet tempur AS yang memasuki wilayah udara Venezuela pada 2 Oktober 2025. Pemerintah Caracas langsung marah besar, sebut tindakan itu sebagai “incursion ilegal” dan provokasi langsung dari Washington. Lima jet F-35 Lightning II terdeteksi terbang hanya 75 kilometer dari pantai timur Venezuela, memasuki zona di bawah kendali lalu lintas udara nasional tanpa izin. Ini terjadi di tengah deklarasi Presiden Donald Trump soal “perang total” terhadap kartel narkoba, yang banyak beroperasi di Amerika Latin. Menteri Pertahanan Venezuela, Ivan Velasquez, langsung tuduh AS ancam kedaulatan, tuntut Menteri Pertahanan Pete Hegseth hentikan “manuver mengancam” ini. Di awal Oktober 2025, saat hubungan bilateral sudah tegang sejak sanksi 2019, insiden ini jadi bensin baru—bukan cuma soal udara, tapi simbol kekuasaan yang bikin Caracas gelap mata. BERITA BOLA
Kronologi Insiden: Deteksi Jet AS di Wilayah Sensitif: Venezuela Marah Usai Jet AS Memasuki Wilayahnya
Semuanya bermula pagi 2 Oktober, saat radar militer Venezuela di Orinoco River Basin tangkap sinyal lima jet F-35 dari skuadron AS yang terbang rendah dari pangkalan di Puerto Rico. Pesawat itu, bagian dari latihan rutin Angkatan Udara AS, katanya, tapi lintasannya masuk 12 mil laut ke zona udara Venezuela—jarak yang cukup dekat untuk picu alarm pertahanan. Velasquez laporkan deteksi pukul 09.15 waktu Caracas, dengan jet-jet itu lakukan “manuver mengancam” seperti low pass di atas kapal penjaga pantai Venezuela. Tak ada tembakan atau konfrontasi fisik, tapi Caracas sebut ini langgar Konvensi Chicago 1944 soal wilayah udara.
Radar Venezuela, yang ditingkatkan sejak 2023 berkat bantuan Rusia, langsung aktifkan jet Sukhoi Su-30 untuk intercept—tapi pilot AS kabur sebelum kontak. Ini bukan pertama; sejak 2024, ada lima insiden serupa, tapi yang ini paling dekat. Trump, yang baru ulang tahun kedua kepemimpinannya, lagi dorong operasi anti-narkoba di Karibia, dan F-35 katanya pantau rute kokain dari Kolombia ke Venezuela. Tapi Caracas bilang, ini bukan patroli—ini intimidasi, terutama pasca-pemilu Venezuela Juli lalu yang kontroversial. Penyelidikan awal tunjukkan jet AS tak koordinasi dengan otoritas sipil Venezuela, bikin insiden ini jadi pelanggaran nyata.
Reaksi Caracas: Tuduhan Provokasi dan Ancaman Kedaulatan: Venezuela Marah Usai Jet AS Memasuki Wilayahnya
Venezuela tak buang waktu bereaksi. Presiden Nicolas Maduro langsung adakan konferensi pers darurat di Miraflores Palace, sebut insiden itu “serangan udara ilegal” dan bukti AS siap invasi. “Mereka pikir Venezuela lemah, tapi kami siap pertahan diri,” tegas Maduro, sambil tunjuk peta lintasan jet di layar besar. Velasquez tambah bensin: “Lima pesawat tempur terbang 75 km dari pantai kami—ini bukan latihan, ini ancaman perang.” Ia tuntut Hegseth “hentikan provokasi” dan laporkan ke PBB, sebut langgar Resolusi Dewan Keamanan soal non-intervensi.
Kemarahan ini dalam: sejak sanksi Trump 2017 yang hantam ekonomi Venezuela, Caracas lihat setiap gerak AS sebagai konspirasi gulingkan rezim. Insiden ini datang pasca-Trump deklarasi “perang kartel” September lalu, yang tuduh Venezuela jadi koridor utama kokain—klaim yang Maduro tolak sebagai “fitnah imperialis”. Oposisi Venezuela, yang lagi lemah pasca-pemilu, malah dukung Maduro soal ini, sebut AS “campur tangan lagi”. Di jalan Caracas, demo kecil-kecilan bentrok dengan polisi, tuntut solidaritas regional. Rusia dan Cina langsung dukung: Moskow sebut AS “pembuat onar”, Beijing tawarkan bantuan radar. Ini bukan cuma marah; ini strategi Maduro kuatkan posisi domestik.
Konteks Lebih Luas: Hubungan AS-Venezuela yang Memanas
Insiden ini tak berdiri sendiri—ia bagian dari hubungan AS-Venezuela yang seperti bom waktu sejak 2019. Sanksi Trump beku aset $7 miliar, picu hiperinflasi dan migrasi 7 juta orang. Di 2025, dengan Trump balik ke Oval Office, tekanan tambah: AS tuduh Maduro lindungi kartel FARC Kolombia, sementara Caracas balas tuduh CIA dukung pemberontak. Jet F-35, pesawat siluman tercanggih AS, simbol kekuatan—dan ancaman, karena Venezuela punya MiG-29 lawas dari era Soviet. Latihan AS di Karibia katanya rutin, tapi timing-nya pas: seminggu setelah Venezuela serang kamp pemberontak di perbatasan Brasil, yang katanya dukung kartel.
Implikasi regional? Guyana, tetangga Venezuela, khawatir eskalasi soal sengketa Essequibo—AS dukung Guyana via latihan bersama. Brasil dan Kolombia, mediator, minta dialog, tapi Maduro tolak: “Kami tak dialog dengan penjajah.” Di PBB, Venezuela rencanakan resolusi kecaman AS Oktober ini. Trump, via Truth Social, bilang “latihan standar, Venezuela paranoid”—tapi Hegseth diam, mungkin hindari eskalasi. Analis bilang, ini bisa picu sanksi baru atau, parahnya, konfrontasi militer kecil. Di 2025, dengan minyak Venezuela capai $80 per barel, AS punya insentif ekonomi—tapi risiko perang dingin Amerika Latin terlalu tinggi.
Kesimpulan
Marahnya Venezuela usai jet AS masuki wilayahnya bukan sekadar ledakan emosi—ia panggilan pertahanan kedaulatan di tengah tekanan Trump yang tak kenal ampun. Dari deteksi radar hingga tuntutan PBB, insiden 2 Oktober 2025 ini ingatkan betapa rapuhnya stabilitas Karibia. Maduro punya modal politik, tapi AS tak mundur dari agenda anti-narkoba. Saat dialog regional mendesak, harap ini tak jadi percikan perang—tapi peluang reset hubungan. Bagi dunia, Venezuela ingatkan: kedaulatan bukan kata kosong. Washington, dengar Caracas sebelum terlambat; damai lebih untung daripada jet.