Wamenkomdigi Masih Mengevaluasi Fitur Live TikTok. Jakarta, 2 September 2025 – Fitur live streaming TikTok yang mendadak dinonaktifkan sejak Sabtu malam, 30 Agustus 2025, masih menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menyatakan bahwa pihaknya terus berkomunikasi dengan TikTok untuk mengevaluasi penonaktifan fitur ini. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya kekhawatiran atas konten yang dianggap memicu kerusuhan selama gelombang demonstrasi di berbagai kota di Indonesia. Meski TikTok menegaskan bahwa keputusan ini diambil secara sukarela, banyak pihak, termasuk pelaku UMKM dan kreator konten, merasa terdampak karena fitur live menjadi sarana utama interaksi dan penjualan. Publik pun mulai mempertanyakan apakah langkah ini merupakan bentuk pembungkaman atau sekadar upaya menjaga stabilitas digital. MAKNA LAGU
Apa Itu Wamenkomdigi
Wamenkomdigi, atau Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, adalah pejabat yang mendampingi Menteri Komunikasi dan Digital dalam menjalankan tugas pengawasan dan pengembangan ekosistem digital di Indonesia. Saat ini, posisi ini dijabat oleh Nezar Patria, yang memiliki peran penting dalam merumuskan kebijakan terkait platform digital, moderasi konten, dan perlindungan ruang digital dari disinformasi. Dalam konteks kasus TikTok, Nezar bertugas menjembatani komunikasi antara pemerintah dan platform media sosial untuk memastikan kebijakan yang diambil sejalan dengan kepentingan masyarakat. Ia juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan keamanan digital, terutama di tengah situasi sosial yang sensitif seperti demonstrasi besar-besaran yang terjadi sejak akhir Agustus 2025.
Ada Apa Dengan Live TikTok Saat Ini
Fitur live TikTok di Indonesia resmi dinonaktifkan sementara sejak 30 Agustus 2025, bertepatan dengan memanasnya aksi demonstrasi di Jakarta, Bandung, Makassar, dan beberapa kota lain. TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance, menyatakan bahwa penonaktifan ini dilakukan secara sukarela untuk mencegah penyebaran konten yang melanggar Panduan Komunitas, seperti provokasi atau kekerasan, yang meningkat selama protes publik. Nezar Patria menjelaskan bahwa TikTok saat ini sedang mengevaluasi konten-konten negatif yang muncul di fitur live, terutama setelah ditemukan sejumlah siaran yang dianggap memperkeruh situasi, seperti konten yang memprovokasi kerusuhan atau menyebarkan informasi salah. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan ini bukan atas perintah pemerintah, melainkan inisiatif internal TikTok. Penonaktifan ini berdampak besar pada pelaku UMKM, kreator konten, dan afiliator yang mengandalkan fitur live untuk berjualan atau berinteraksi dengan audiens. Nezar menyarankan agar mereka beralih ke fitur lain di TikTok, seperti video pendek, sambil menunggu evaluasi selesai. Belum ada kepastian kapan fitur live akan kembali aktif, tetapi TikTok menyatakan akan terus memantau situasi sebelum mengambil keputusan lebih lanjut.
Apakah Hal Ini Sudah Termasuk Pembungkaman: Wamenkomdigi Masih Mengevaluasi Fitur Live TikTok
Keputusan TikTok menonaktifkan fitur live memicu debat di kalangan masyarakat dan pengamat. Sejumlah pihak, termasuk aktivis digital seperti Alia Yovira Karunian dari PurpleCode Collective, menyebut langkah ini sebagai bentuk pembungkaman yang dapat membatasi kebebasan berekspresi. Menurutnya, penonaktifan fitur live secara menyeluruh, tanpa analisis konten per konten, justru menciptakan iklim ketakutan dan menghambat akses masyarakat terhadap informasi langsung dari lapangan, terutama di tengah situasi demonstrasi yang membutuhkan transparansi. Di sisi lain, Nezar Patria dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menegaskan bahwa tidak ada instruksi pemerintah untuk mematikan fitur ini, dan TikTok bertindak atas dasar tanggung jawab platform untuk menjaga ruang digital tetap aman. Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, bahkan mengapresiasi langkah TikTok sebagai upaya proaktif. Namun, kritik tetap mengalir dari kreator konten dan pelaku usaha kecil, yang merasa kehilangan ruang interaksi langsung dengan audiens. Mereka menilai kebijakan ini terlalu gegabah dan berdampak negatif pada perekonomian digital, terutama bagi UMKM yang bergantung pada penjualan melalui siaran langsung.
Kesimpulan: Wamenkomdigi Masih Mengevaluasi Fitur Live TikTok
Penonaktifan fitur live TikTok sejak akhir Agustus 2025 telah menimbulkan dampak signifikan, baik bagi pengguna biasa maupun pelaku usaha di Indonesia. Evaluasi yang sedang dilakukan TikTok, sebagaimana disampaikan Wamenkomdigi Nezar Patria, menunjukkan upaya menjaga stabilitas digital di tengah situasi sosial yang tegang. Namun, langkah ini juga memicu pertanyaan tentang keseimbangan antara keamanan dan kebebasan berekspresi. Meski pemerintah menegaskan tidak ada intervensi, tuduhan pembungkaman tetap mengemuka, terutama dari kalangan yang melihat fitur live sebagai sarana penting untuk menyampaikan aspirasi atau menjalankan bisnis. Ke depan, komunikasi yang lebih transparan antara TikTok, pemerintah, dan masyarakat diperlukan untuk memastikan solusi yang tidak merugikan pihak mana pun. Situasi ini juga menjadi pengingat bahwa pengelolaan ruang digital harus dilakukan secara hati-hati, dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap ekonomi dan demokrasi.